Selasa, 18 Maret 2014

"BURUNG SAJA BISA PINTAR; ORANG GUNUNG TETAP BODOH"

Biasanya orang-orang gunung di daerah pegunungan Seram Utara menjual burung Kasturi Kepala Hitam, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebab harga burung kasturi jenis ini lebih mahal harganya yang berkisar Rp. 750.000.- s/d  Rp. 1.000.000.- dengan alasan katanya; burung ini lebih cepat daya tangkapnya, dan daya meniru pembicaraan manusia jika diajarkan oleh pawangnya.


Entahlah informasi tentang kelebihan Kasturi Kepala Hitam ini benar ataukah tidak, beta belum melakukan riset tentang hal itu, tetapi berbanding terbalik dan miris sekali dengan Sumber Daya Manusia (SDM) orang gunung di Seram Bagian Utara, yang terkesan lebih bodoh dari burung Kasturi Kepala Hitam. Analogi burung Kasturi ini sengaja sebagai preseden beta untuk mengkritisi kenyataan pendidikan formal yang seharusnya diupayakan oleh pemerintah Maluku Tengah, ternyata sangat buruk di daerah pegunungan Seram Utara. Hampir disetiap sekolah Yayasan dan juga sekolah negeri di daerah pegunungan Seram Utara tidak ada guru disana. Jika dipakai ukuran rata-rata, hanya 2 orang guru di setiap 1 Sekolah Dasar (SD) disana.

Kenyataannya banyak guru-guru yang dikirim pemerintah Maluku Tengah untuk ditempatkan di daerah pegunungan tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar. Hanya mendekati ujian kenaikan kelas saja, barulah mereka melakukan tugasnya, paling maksimal 1-3 minggu, dan kembali turun gunung, entah kemana rimbah mereka. Sampai-sampai masyarakat pegunungan menamakan mereka "Guru Ujian", ya karena saat mendekati ujian saja mereka hadir disekolah untuk melakukan pekerjaan ujian sebagai seorang guru, tanpa melakukan proses belajar mengajar di sekolah sebagai seorang guru (aneh juga, tak ada yang diajarkan kepada murid-murid, tapi melakukan evaluasi lewat proses test atau ujian), dan makan gaji buta.

Tetapi ada juga suatu kenyataan yang harus diungkapkan lewat opini ini, setelah di cross check lewat beberapa informan, ternyata guru-guru yang bertugas di daerah pegunungan Seram Utara, memang memiliki medan jangkauan yang sangat rumit, bila dibanding-bandingkan dengan guru lainnya di wilayah Maluku Tengah, tidak juga diberikan tunjangan khusus (semacam tunjangan privilasi) dari Pemerintah daerah Maluku Tengah agar dapat mensejahterakan kebutuhan mereka; bahkan sebagai stimulus untuk membuat mereka lebih betah dan giat untuk melakukan pekerjaan mereka di sana dalam proses belajar mengajar untuk mencerdaskan warga negara Indonesia. Sehingga dari sudut pandang inilah, "Guru Ujian" tidak sepenuhnya dapat dipersalahkan sebenarnya.

Untuk itu pemerintahlah yang semestinya harus lebih serius memperhatikan kembali buruknya sistem pendidikan di daerah pegunungan Seram Utara. Mungkin mereka (orang gunung) hanya sebagian kecil dari bagian masyarakat di Maluku Tengah, tetapi hal prinsip dari eksistensi mereka sebagai warga negara Indonesia di wilayah otonomi Maluku Tengah, dan hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan benar, dirampok oleh Negara sendiri. Sebab kenyataan ini, sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, dan belum ada tanda-tanda perbaikan sampai dengan tertanggal opini beta ini dibuat.

Berdasarkan analisa sederhana yang beta buat, dan mencermati kenyataan yang beta lihat langsung dilapangan, beta tiba pada suatu pendapat subjektif, bahwa realitas ini adalah proses pembiaran yang sengaja dilakukan oleh pemerintah Maluku Tengah. Agar SDM orang gunung dibawah rata-rata, dan orang gunung akan ada dalam posisi-posisi yang tak berdaya dan sangat lemah untuk mengelolah Sumber Daya Alam mereka yang sangat kaya", agar dengan mudah untuk dieksploitasi dan dimanipulasi (beta minta maaf langsung membuat kesimpulan, sebab hal ini yang beta amati dan bersentuhan langsung dengan fakta dilapangan. Bahwa benar ada gedung sekolah yang baru dibangun di Maraina, tetapi apalah gunanya  bangunan (karena ada proyek disana), sedangkan tenaga guru tidak ada untuk melakukan proses belajar mengajar didalam gedung sekolah itu. Sehingga 1 orang guru yang bergantian belajar untuk menjawab kebutuhan seluruh anak-anak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Bahkan proses belajar mengajar berlangsung tanpa didasari dengan kurikulum pendidikan yang berlaku di dalam negara ini? sangat miris dan geleng-geleng kepala saat beta melihat kondisi anak-anak SDN 15 Maraina diperlakukan. Dan kondisi ini hampir berlaku di seluruh wilayah pegunungan Seram Bagian Utara). 

Sehingga biarlah kasturi kepala hitam sajalah yang pintar, tetapi orang gunung tetaplah bodoh". Mungkin ini plesetan yang sangat keras beta buat, yang membanding-bandingkan tingkat kecerdasan manusia dengan hewan itu sesuatu yang agak ekstrim; terkait tema proses pendidikan sebagai hak asasi manusia mereka di wilayah pegunungan seram harus dirampok; sehingga pembiaran dalam proses pembodohan yang sengaja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu (sebagai aparatur pemerintah) bagi masyrakat pribumi di sana lebih ekstrim lagi, sejauh ini masih terus berlanjut. Tanpa ada tanda-tanda perbaikan, padahal kabupaten Maluku Tengah dikategorikan kabupaten yang tua di provinsi Maluku, semestinya percepatan dunia pendidikan sudah harus bisa dirasakan sampai ke pelosok terpencil sekalipun.

"Biarlah kami dipermalukan sekarang dengan sadar oleh kalian para bajingan, tetapi ingat kami telah sadar dan mulai berani memperjuangkan hak asasi kami; agar anak cucu kami akan menjadi ujung tombak, parang yang tajam, dan anak panah yang runcing dihari esok, kerena kami adalah tuan atas tanah-tanah kami".

Belum terlambat, meskipun lusa sudah kiamat!!!


Semoga Bermanfaat Informasi ini bagi Anda.
"Hendaklah Kita Menjadi Satu"
(Ut Omnes Unum Sint)

Tidak ada komentar: